EPIDURAL
Epidural merupakan suntikan yang menggunakan obat bius lokal (berasal dari kokain) dan
disuntikkan ke dalam ruang ruang epidural yang melindungi sumsum tulang belakang.
Pada epidural konvensional klien akan mati rasa baik saraf sensorik maupun motoriknya.
Dalam lim sampai sepuluh tahun terakhir, epidural telah dikembangkan dengan
konsentrasi obat bius yang (bius local), dan dengan kombinasi anestesi lokal serta opiat
(obat yang mirip dengan morfin dan meperidin) pembunuh rasa sakit untuk mengurangi
blok motor, dan untuk menghasilkan apa yang disebut epidural "berjalan".
Analgesia Spinal juga telah semakin digunakan dalam persalinan untuk mengurangi blok motor.
Spinals menyuntik narkoba menembus dura dan ke dalam ruang (intratekal) tulang belakang,
dan hanya menghasilkan analgesia jangka pendek. Untuk memperpanjang-efek
menghilangkan rasa sakit dalam persalinan, dosis bisa ditambah sesuai kebutuhan
Epidurals dan spinals menawarkan bentuk yang paling efektif dari penghilang rasa sakit
ang tersedia dalam pertolongan persalinan, dan wanita yang telah menggunakan analgesia
untuk mengurangi rasa nyeri mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode ini,
Namun, kepuasan tidak mengalami nyeri ini tidak tidak sama dengan kepuasan keseluruhan persalinan selain itu ternyata epidural juga dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Sebagai contoh, oksitosin, yang dikenal sebagai hormon cinta, yang juga merupakan uterotonika
alami sebuah zat yang menyebabkan rahim wanita untuk mengalami kontraksi selama proses
persalinan.
Epidural membuat produksi oksitosin alami dalam tubuh menurun bahkan hilang . Anestesi
epidural juga melenyapkan ekskresi puncak oksitosin yang harusnya
terjadi saat bayi dilahirkan padahal ormone oksitosin inilah yang membantu ibu dan bayi untuk
jatuh cinta pada pertemuan pertama.
Hormon lain yang penting dalam uterotonika seperti, prostaglandin F2 alfa, juga berkurang pada
wanita yang menggunakan epidural.
Betaendorphin adalah hormon alami yang berfungsi untuk membantu wanita yang bersalin
untuk mengatasi rasa sakit. Beta-ndorphin juga berhubungan dengan kondisi kesadaran yang
berubah pada proses persalinan.
Hormon ini juga membantu menuntun ibu untuk berjuang dan bekerjasama secara naluriah
dengan tubuhnya dan bayinya, sehingga kadang wanita bersalin sering menggunakan gerakan
dan suara. Epidural mengurangi produksi beta-endorphin dalam tubuh wanita (13,14).
Adrenaline dan noradrenalin (epinefrin dan norepinefrin, yang dikenal sebagai katekolamin,
atau CA) juga dirilis atau di produksi di bawah kondisi stres, dan terjadi peningkatan alami
selama persalinan
tanpa pengobatan Pada tahap akhir kala 2 persalinan, lonjakan hormon alami ini memberikan ibu
energi untuk mendorong bayi keluar, dan membuat dia bersemangat dan penuh waspada pada
pertemuan pertama dengan bayinya.
Hal ini dikenal sebagai refleks ejeksi fetus (the fetal ejection reflex ).
Namun persalinan dapat di hambat dengan tingkat CA yang sangat tinggi, yang dapat dilepaskan
ketika wanita merasa lapar, dingin, takut, atau tidak aman selama persalinan . ini masuk akal
karena Jika indra ibu mengatakan bahaya, maka hormon nya akan memperlambat atau
menghentikan persalinan dan memberinya waktu untuk “melarikan diri” untuk mencari
tempat yang aman untuk melahirkan. Dan ini normal dalam proses evolusi manusia.
Secara signifikan penggunaan epidural mengganggu beberapa hormon utama persalinan,
yang dapat mempunyai dampak negatif pada proses kelahiran . WHO mengatakan bahwa
analgesia epidural adalah salah satu contoh yang paling mencolok dari medikalisasi persalinan
normal. yang, mengubah acara fisiologis menjadi prosedur medis.
Epidural mengurangi produksi CA pada ibu bersalin yang sebenarnya membantu dalam
persalinan. Namun, penurunan produksi CA akhir dapat berkontribusi
pada kesulitan seorang wanita untuk mempunyai keinginan mengejan atau semangat untuk
mendorong bayinya keluar. Sehingga akhirnya ini sangat meningkatkan
risiko persalinan dengan instrumental (forseps dan vakum).
ANESTESIA EPIDURAL
Anestesia epidural merupakan suatu anestesia blok yang luas, yang diperoleh dengan jalan
menyuntikkan zat anestetik lokal ke dalam ruang epidural. Dengan teknik ini anestesia bagian
sensoris dapat diperluas sampai setinggi dagu.
Pada cara ini dapat digunakan dosis tunggal atau dosis yang diberikan secara terus menerus.
ANATOMI
Pada foramen magnum, duramater terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan dalam menjadi
duramater medula spinalis dan lapisan luar membentuk periosteum yang dibatasi kanalis
spinalis. Ruang di antara kedua lapisan ini disebut ruang epidural,
yang berisi semiliguid fat dan pleksus vena. Ruang epidural ini berbeda-beda luasnya;
dan yang paling luas setinggi L2 yang kira- kira meliputi separuh dari garis tengah kanalis
spinalis. Saraf spinalis menembus ruangan ini setelah radiks anterior dan
radiks posterior bersatu di dalam ruang subarakhnoid dan menjadi duramater.
Kantong duramater berakhir pada batas bawah vertebra S2, dengan demikian seluruh
kanalis sakralis di bawah batas S2tersebut merupakan ruang epidural.
TEKNIK
Suntikan dilakukan di bawah L2. Anestesia epidural segmental dapat dikerjakan dengan
menyunlikkan jarum pada ruang yang diinginkan. Masuknya jarum dalam ruang epidural dapat
mudah dikontrol dengan berbagai cara berdasarkan adanya tekanan negatif di dalam ruang
epidural tersebut. Epinefrin yang digunakan untuk memperpanjang waktu anestesia tidak mempengaruhi analgesia. Untuk blokade simpatis digunakan larutan
lidokain 0,5 - 1 %, blokade sensoris dengan larutan lidokain 1 - 1,5 % dan blokade motoris
dengan larulan 2 %.
Pemilihan obat yang digunakan pada anestesi epidural terutama tergantung dari berapa lama
waktu yang diperlukan untuk operasi tersebut. Bila operasi memerlukan waktu yang lama, bupivakain merupakan obat pilihan, lidokain untuk operasi dengan jangka waktu
yang sedang, dan untuk operasioperasi yang singkat dipilih kloroprokain.
EFEK ANESTESIA LOKAL DALAM RUANG EPIDURAL
Tempat kerja obat anestetik yang dimasukkan di dalam ruang epidural belum seluruhnya
diketahui, tetapi mungkin pada :
(1 ) saral campuran di dalam ruang paraverlebral;
(2) radiks saraf yang terbungkus dura di dalam ruang epidural;
(3) radiks saraf di ruang subarakhnoid sesudah obat mengadakan difusi melalui dura;
(4) akson saraf sendiri (neuroaxis).
Proses difusi zat anestetik lokal di sepanjang ruang epidural dan melalui foramen intervertebralis
atau melalui dura ke dalam ruang subarakhnoid lambat, karena itu terdapat masa laten antara
penyuntikan obat dan terjadinya aneslesia.
Untukmendapatkan anestesia yang lengkap diperlukan waktu antara 15 sampai 30 menit.
UNTUNG-RUGI ANESTESIA EPIDURAL
Anestesia epidural memberikan sebagian besar keuntungan yang dimiliki oleh anestesia spinal
tetapi banyak pula kerugiannya. Keuntungan utama yaitu obat tidak masuk ruang subarakhnoid,
dengan demikian timbulnya sakit kepala dan gejala neurologis lainnya
dapat dihindarkan. Anestesia segmental juga lebih mudah dikerjakan dengan anestesia epidural.
Kerusakan teknis mungkin merupakan kerugian utama pada anestesia epidural ini, sedang kerugian
yang kedua yaitu diperlukannya obat dalam jumlah besar, dengan kemungkinan adanya absorpsi
sistemik yang lebih besar pula. Somnolen yang sering
timbul pada anestesia dengan lidokain mungkin sekali disebabkan oleh absorpsi yang besar ini.
Untuk mendapatkan analgesia bedah diperlukan waktu 15- 20 menit. Pengaruh terhadap sirkulasi
dan pernapasan mirip keadaan yang disebabkan oleh anestesia spinal.
Kusmiati, Kusmiati. 2007, Keterampilan Dasar praktik Klinik kebidanan. Fitramaya.yogyakarta
hal 85-122.
FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 4 Fakultas Kedokteran - Universitas lndonesia Jakarta
1997 hal 246 - 247
Alimul Hidayat, A. Aziz.2006, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Edisi 2. salemba medika
widjaya grand center D7. jakarta hal 207-229.